Sabtu, 22 Oktober 2011

Politik di Mata Megawati

Judul ini terinspirasi dari kuliah Ibu Megawati Soekarno Putri pada Orasi Ilmiah dalam runtutan acara peresmian gedung Sosial dan Psikologi Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang. Bagi teman-teman yang tidak bisa hadir dalam kuliah tamu di rektorat lantai 5 mungkin bisa mengetahui isi orasi bu Mega dengan membaca artikel ini.

Satu idiom yang selalu di ucapkan bu Mega “Demi Kemaslahatan Umat”. Bu Megawati menandatangani surat keputusan perubahan nama Sekolah Tinggi menjadi Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang adalah karena ada satu niatan untuk Kemaslahatan Umat, berjuang menjadi presiden Indonesia dengan merestui pembangunan jembatan Suramadu karena ada satu niatan untuk kemaslahatan umat, membuat undang-undang mengenai KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) juga untuk kemaslahatan umat. Beliau juga menyampaikan untuk apa para mahasiswa ini harus bersekolah, harus berpendidikan hingga jenjang perguruan tinggi kalau tidak untuk kemaslahatan umat.

Hal ini lah yang kemudian di terawang lebih dalam sampai kepada mahasiswa. Menurut Ir. Soekarno Mahasiswa adalah orang yang mampu berfikir luas, memberi pengaruh positif yang besar bagi lingkungan sekitar dan negaranya serta orang yang mampu mencekeram dunia ini. Mahasiswa seharusnya tidak hanya seperti kuda yang berkacamata di samping kanan kiri kepalanya sehingga tidak dapat mengetahui keadaan dan permasalahan lain selain apa yang ada di depannya. Permasalahan inilah yang sering terjadi pada mahasiswa-mahsiswi di perguruan tinggi. Kebanyakan dari mereka hanya fokus pada mata kuliah prodinya tanpa mempeduliakan masyarakat dan lingkungan sekitar yang sangat membtuhkan bantuannya.

Untuk itu, mulai dari sekaranglah mahasiswa seharusnya berpolitik. Di Era seperti ini penyelesaian masalah tidak akan bisa terselesaikan tanpa ada politik. Namun naas kebanyakan masyarakat Indonesia termasuk mahasiswa memandang politik hanyalah perkara negatif, buruk, rusak dan segudang penilaian negatif lainnya tentang politik, tapi sebenarnya menurut Ibu Megawati soekarno Putri bukan Politiknya yang salah tapi orang-orang nya lah yang salah dan telah mencemari nama politik. Bagaimana Jadinya Indonesia di masa mendatang apabila mahasiswanya saja sudah takut berpolitik, padahal dalam memimpin suatu negara perlu pemikiran politik yang kuat.

Baru-baru ini masyarakat Indonesia diresahkan dengan bahan pangan impor dari luar negri. Bahan pangan impor ini membuat harga hasil panen masyarakat Indonesia labil dan akhirnya banyak menuai kerugian di kalangan petani, sehingga mereka bersi keras meminta pada pmerintah untuk segera menanggulangi atau membatasi bahan pangan impor yang semakin menjamur di Indonesia. Mahasiswa seharusnya tanggap akan hal ini tidak hanya bisa mengikuti beritanya tanpa memberi aksi apapun. Jangankan masalah harga bahan penen, penentuan hari raya idul fitri saja selalu ruwet di Indonesia.
Mulai dari pembiasaan inilah mahasiswa harus mempelajari poltik untuk bisa menjadi pemimpin yang tangguh. Pemimpin yang tangguh adalah pemimpin yang mau mengorbankan segalanya demi kemaslahatan umat, bukan malah menikmati fasilitas yang ada tanpa memikirkan kemaslahatan umat. Untuk itu orang yang berjiwa pemimpin selalu berfikir jernih, berfikir kreatif dan berfikir progresif.

Beliau juga menegaskan kepada kaum hawa bahwa sekarang sudah saatnya wanita dan laki-laki mempunyai kedudukan yang sama di dalam hukuk seperti yang ada di undang-undang dasra negara Indonesia, atau yang lebih akrab disebut dengan persamaan gender. Beliau berharap 10 atau 20 tahun ke depan akan ada presiden wanita selain beliau. Karena sesungguhnya wanita mempunya kemampuan yang luar biasa di banding laki-laki. Sehingga sudah tidak jaman apabila wanita hanya malu-malu tidak kreatif dan takut untuk berpolitik. Andaikan wanita dan laik-laki dianalogikan syap burung, maka akan sangat mustahil burung akan bisa terbang tanpa ada kesimbangan diantara kedua sayapnya, bila hanya sayap kanan yang bergerak dan sayap kiri diam saja tentu burung tidak akan bisa terbang begirtu pula sebaliknya. Sama dengan wanita dan laki-laki, apabila hanya laki-laki saja yang bergerak dan kaum wanita hanya diam saja maka, mustahil bangsa ini akan maju. Oleh karena itu, beliau sangat mengelukan agar kaum wanita mau berpartisipasi dalam usaha meemajukan bangsa ini dengan cara berpillitik, termasuk mahasiswi Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Ada dua judul buku yang sempat beliau sebutkan untuk mengetahui jalan pemikiran sang revolusioner negara Indonesi yankni Ir. Soekarno. Buku itu adalah “Di Bwah Bendera Revolusi” dan “Indonesia Menggugat”. Silahkan membaca sehingga akan membuka wawasan baru bagi kita yang tertarik pada politik. Mungkin untuk isi buku ini akansaya ulas di tulisan berikutnya.

“Progresif Revolusioner’

Sudah Benarkah Pendidikan di Sekolah Dasar???

Sekolah Dasar bisa dikatakan jenjang pendidikan pertama anak membentuk kepribadiannya. Walaupun sebelum sekolah dasar ada jenjang lagi yakni PAUD dan Taman kanak-kanak, tapi saya rasa yang memberikan pengaruh lebih besar pada kepribadian dan skill seorang anak adalah di jenjang sekolah dasar. Sebab, di sekolah dasar inilah anak bergaul, bersosialisasi dalam lingkup yang lebih luas dan komunitas yang lebih kompleks. Mereka mulai mengenal miniatur masyarakat, merka mulai belajar bagaimana harus beradaptasi, bagaimana harus mulai belajar berpikir rasional dan lain sebagainya.

Seperti yang saya katakan tadi, sebelum di sekolah dasar ada yang namanya pendidikan di Taman Kanak-Kanak. Pendidikan di sini diperuntukkan untuk anak usia 4-6 tahun. Pada tahap ini menurut Peaget (seorang ahli psikologi perkembangan anak) anak hanya memahami hal-hal kongkret dan tidak bisa memahami hal-hal abstrak ataupun operasi mental (pemikiran yang maju mundur, misal : 2x6=12, sebaliknya 12:6=2), namun kemudian ia dikejutkan dengan fakta yang ada bahwa anak-anak memiliki pemahaman yang lebih baik dari yang di perkirakannya. Apabila kita mau memperhatikan dengan cermat, sesungguhnya semua anak pada tahap ini, mempunyai pemahaman, kemampuan dan mental yang luar biasa, yang kemudian lebih dikenal dengan masa keemasan atau golden age. Misalnya, saat seorang guru memberikan suatu pertanyaan maka anak-anak pada tahapan ini saling berebut untuk menjawab pertanyaan, saat seorang guru memberikan peluang waktu untuk bertanya maka anak-anak pun berebut untuk bertanya. Tidak ada rasa minder, takut salah atau lain sebagainya, mental mereka sungguh luar biasa.

Namun demikian, jika kita perhatikan lebih lanjut dari jenjang yang rendah menuju jenjang yang lebih tinggi maka, anda akan menemukan suatu grafik negatif yang seharusnya tidak boleh terjadi. Mental dan kreatifitas anak pada jenjang yang lebih tinggi cnderung menurun. Sehingga kemungkinan keaktifan anak di taman kanak-kanak seperti yang saya ceritakan tadi tidak akan kita temui di sekolah dasar. Nah, inilah yang menjadi pertanyaan besar mengapa terjadi seperti ini? Sebenarnya ini semua tidak luput dengan sistem serta strategi pembelajaran yang diterapkan.
Pada dasarnya memang sekolah mempunyai tanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Oleh karena itu, agar ini dapat tercapai, sistem dan strategi yang diterapkan juga harus sesuai. Agar anak-anak dapat belajar dengan nyaman, betah, dan senang. Sistem dan strategi yang tepat pasti akan melahirkan sekolah yang efektif, yaitu sekolah yang dapat meningkatkan kemampuan, ketrampilan, mental, kepribadian, dan kepercayadirian bukan justru sebaliknya.
Andaikan setiap sekolah dari jenjang rendah ke janjang yang lebih tinggi mampu menerapkan hal ini, maka kemungkinan besar grafik negatif itu akan berbalik menjadi grafik positif, dimana siswa menjadi lebih percaya diri, berkompeten, dan aktif pada jenjang-jenjang berikutnya. Bagaimanapun juga anak-anak inilah yang nantinya akan menggatinkan para golongan tua, oleh karena itu, maju atau tidaknya kualitas anak Indonesia akan sangan berpengaruh pada maju tidaknya negara Indonesia ini di masa yang akan datang.